Mendengar kata jalan – jalan di
benak bagi kebanyakan orang langsung tersirat wajah yang bergembira dan penuh
antusias tinggi. Dibandingkan ketika mendengar kata “belajar”, ekspresi wajah
seseorang secara umum langsung kucel dan tidak bergairah, hal semacam ini wajar
bagi setiap manusia. Dianggap wajar karena rutinitas manusia yang begitu padat
dan membuat kinerja otak yang dipaksa untuk terus berpikir, hal inilah yang
membuat seseorang butuh adanya refreshing
atau penyegaran. Maka sangat wajar apabila seseorang wajahnya langsung cerah
seperti matahari ketika mendengar kata jalan – jalan. Berbagai kisah menarik
dari pengalaman seseorang mengenai jalan – jalan atau lebih kekinian disebut
dengan travelling, ada yang berakhir happy ending bahkan ada pula yang
berakhir sad ending karena segala
sesuatu yang telah kita rencanakan terkadang tidak sejalan dengan apa yang
telah kita pikirkan matang – matang sebelum berangkat.
Menceritakan happy ending pada sebuah liburan adalah hal yang mainstream, kali ini saya akan bercerita
mengenai pengalaman berlibur dengan akhir kisah liburan yang menyedihkan atau
gagal total. Jadi kisah bermula dari kegiatan rutin kami para sahabat yang
dimana pada pertengahan tahun selalu mengadakan liburan, dan kota yang selalu
kami pakai untuk melepaskan penat hidup adalah Yogyakarta, mungkin kami semua telah
terhipnotis dengan brand Kota
Yogyakarta yakni “Never Ending of Asia” atau mungkin masalah ongkos. Pada saat
hendak berangkat kami menyusun rencana untuk mengunjungi destinasi wisata apa
saja yang belum pernah kami telusuri dari isitmewanya Kota Yogyakarta, setelah
semua siap kami pun berangkat dengan rasa sukacita penuh canda tawa.
Sesampainya di Yogyakarta kami mulai menelusuri destinasi yang akan kami tuju
yakni wisata bukit bunga, mengapa kami memilih tempat itu? karena di media
sosial instagram ada beberapa postingan seseorang yang telah mengunjungi tempat
tersebut, dan yang lebih spesial tempat tersebut belum banyak diketahui oleh
orang banyak. Maka dari itulah kami bertekad menelusurinya, kami semua telah berdandan
rapi mengenakan kemeja, jaket jeans, topi dan segala macam yang mendukung agar
kami semua terlihat keren saat foto.
Tibalah
di salah satu bukit, dengan bermodal GPS alat zaman now, kami pun mulai menyusuri bukit tersebut dengan berpakaian ala
model yang siap difoto. Perlahan kami lewati bukit dari bawah hingga
pertengahan kami semua kebingungan dan bertanya, “mana bukit bunganya?” Salah seorang
sahabatku menjawab dengan meyakinkan, mungkin “masih di atas, kan namanya bukit
bunga”, kami pun percaya karena masuk akal jawabannya. Sesampainya hampir
menuju puncak bukit kami kelelahan, lalu kami pun bertanya pada salah seorang
yang melintas dari arah puncak bukit, “Pak, apakah di atas ada bukit bunga?”
tanya kami penuh penasaran, lalu Bapak menjawab “Bukit bunga? Tidak ada nak,
ini hanya bukit dengan pemandangan saja, tidak ada taman bunganya”. Mendengar
ucapan bapak tersebut, kami pun mengeluh dan merasa kecewa, lalu bapak
meninggalkan kami semua dengan menahan tawa, mungkin dalam benak si Bapak, dasar
orang kota, ke bukit aja pakai pakaian bagus.
Singkat
cerita kami pun meneruskan berlibur ke Yogyakarta ke tempat – tempat yang
pernah kita kunjungi, karena takut kesasar lagi dan buang – buang waktu
liburan. Tetapi kami para sahabat selalu senang berlibur ke Yogyakarta, bagi
kalian yang belum pernah berlibur di kota istimewa ini, cobalah mampir dan
rasakan suasananya. Catatan bagi kalian supaya tidak mengalami liburan yang
menyedihkan seperti cerita diatas, kalian bisa cari referensi dan jangan malu
bertanya, lebih enak lagi kalau ada tour guide.
hahaha, emang harus survey dulu ya mas sebelum berangkat kesana, saya sih gitu, karena bukan orang yang spontan sih, takut gagal xD
BalasHapus