Bagi masyarakat pecinta sepakbola atau
penikmat si kulit bundar, pasti tidak asing dengan nama suporter yakni Bonek,
salah satu suporter militan berbasis di kota Surabaya yang dimana eksistensi
Bonek ini telah tersebar luas baik di dalam negeri maupun luar negeri. Saya
sebagai masyarakat Surabaya dan mengaku sebagai Bonek, merasa bangga karena
sejarah dan prestasi Persebaya telah diakui di mata dunia, maka banyak Bonek
bermunculan tidak hanya di kawasan Surabaya saja namun telah mengglobal. Awal
kecintaanku mendukung Persebaya adalah ketika saya mendengar hasutan dari para
remaja sebaya yang berkata kepadaku “Jika kamu warga Surabaya, datang ke
stadion dan dukung Persebaya”. Mereka yang menghasut saya seakan – akan
layaknya menjiwai tokoh Bung Tomo (pahlawan Surabaya) yang menggelorakan
semangat di hati pendengarnya. Dalam benak hati sempat berpikir, namun saya
langsung memutuskan untuk ikut menjadi Bonek, karena dalam hatiku kala itu, apa
yang bisa aku lakukan untuk kota Surabaya tercinta ini? Saya tidak pintar, saya
tidak terlalu spesial dan saya tidak ada apa – apanya. Maka atas dasar
kekurangan itulah, saya dedikasikan semangat dan nyali ini untuk mendukung salah
satu klub besar sepakbola Indonesia yakni Persebaya.
Bonek
yang telah mengalir pada diri ini, adalah nyali Bonek yang tidak suka tawuran,
anarkis, berandal, dan segala macam berbau negatif, tapi jika di stadion ada
Bonita (suporter Bonek wanita) ya wajar saja jika saya menggodanya dengan
siulan. Karena saya sangat menjiwai peran sebagai Bonek untuk mendukung tim
kebanggaan bukan untuk hal – hal diluar batas. Terkadang saya merasa sedih,
karena nama dan citra Bonek selalu dianggap sebagai suporter anarkis, brutal,
nekat, dan segala macam. Perlahan – lahan citra Bonek sudah mulai membaik di
kala Persebaya telah diakui dan dinaungi kembali dalam ikatan federasi PSSI dan
Persebaya menjadi klub profesional dengan sistem manajemen yang dikelola oleh
Jawa Pos. Pada masa kelam itu perjuangan Bonek dan Bonita untuk kembali ke
naungan PSSI selalu mendapatkan hambatan dan penolakan, karena hanya Bonek
Bonita suporter Persebaya yang dengan nyalinya berani melawan tirani mafia yang
ada di tubuh PSSI. Dari sinilah titik balik citra Bonek semakin membaik, kenapa
demikian? karena semua Bonek Bonita menyatukan tangan dan merapatkan barisan
untuk berubah mejadi dewasa dan terus meningkatkan kepedulian di lingkungan
sekitar. Sampai saat ini, kembalinya Persebaya dibawah naungan PSSI, Bonek
Bonita dari hari ke hari semakin menunjukkan perubahan sikap yang signifikan,
mulai dari nyanyian bernada positif selama pertandingan, masuk stadion dengan
tertib dan tentunya bertiket, serta tertib berlalu lintas dan masih banyak hal
positif lainnya yang tidak dapat dijabarkan secara menyeluruh.
Panggilan
jiwa kami bernama Persebaya, dan nyali “wani” kami hanya untuk mendukung
perjuangan Persebaya. Apapun keadaannya, Persebaya selalu menang di hati kami
para Bonek Bonita. Salam Satu Nyali, WANI !!!
Komentar
Posting Komentar